Jumat, 07 September 2018


KEPADA SAHABAT KECIL


Petir menggelegar sepanjang hari, mendung menggantung sejak dini berakhir dengan hujan lebat...deras sederas air mataku dan air matamu. Walau engkau disana dan aku disini namun ketahuilah sahabat, hatiku selalu berusaha mendekati hatimu. Aku tahu... ada benteng tebal dan tembok raksasa diantara kita yang selalu kau ciptakan. Bertahun-tahun sudah aku berusaha menghancurkan namun kau ciptakan kembali benteng itu sedingin dan setinggi gunung es, hingga aku lelah dan menyerahkannya kepada Yang Kuasa.

Sahabat,..
Semua berubah semenjak kita berjumpa di Plaza Semanggi Jakarta tahun 2006. Masih kuingat, wajah cantikmu, suara lembutmu, ucapan-ucapanmu, rangkaian kata-katamu bahkan titik komanya, aku ingat ! semua bagai godam panas yang memanaskan telingaku, membakar hatiku !! apa daya mulutku terkunci, aku tak pandai berkata-kata dengan segera. Aku tak pintar berbicara dengan cepat. Aku membisu namun hatiku bergejolak hebat ! kusadari kecepatan respon di telinga, hati dan pikiranku lebih cepat dari pada kecepatan mulutku bersuara.
Hingga sikap diamku terlihat seperti suatu kebodohan dan kekalahan,..aku tahu itu, namun apa daya mulutku tetap tak mampu mengeluarkan suara walau hanya sepatah kata.

Sahabat..
Seketika bahteraku goyah oleh rangkaian kata-katamu..
Dia pergi tanpa sepatah kata...meninggalkanku dan "Matahariku" waktu itu, kepercayaan kami teruji oleh mulut embermu. Dan ketika aku bangkit dan suaraku sudah terkumpul kau dengar suara "Duaar..!!! itu suara hatiku berisi kejujuran...dan kau terkejut hingga berlari tunggang-langgang lalu memutuskan tali silaturahmi. Bertahun-tahun dan aku yang selalu berusaha mencairkan padahal usiamu lebih muda dari aku. Aku berusaha memdekatimu bertahun-tahun kau tak perduli hingga aku selalu terlihat di posisi yang paling bersalah dan kamu selalu benar, suara lembut dan wajah cantikmu membuat semua orang lebih percaya padamu.
Kenapa persahabatan ini bisa terjalin tetapi aku seperti tertekan?
Karena hanya aku yang harus memahami kamu, mengerti kamu, mendengarkan kata-katamu, mengikuti instruksimu,  memenuhi keinginanmu? dan kamu tidak ! mengapa? 

Sahabat..
Kesendirian sempat harus kualami, tanpa dia dan tanpa siapa-siapa yang perduli denganku dan nasibku baik di kampung atau di kota metropolitan kecuali keluarga kampungku. Bersama "Matahariku" kucoba ciptakan kebahagiaan sendiri dan berserah diri kepada Yang Kuasa. 
Hingga suatu saat Dia kembali lagi dengan sendirinya kepadaku disaat aku ingin pergi jauh, dan melupakan tentang dia dan kamu.

Sahabat,..
Beranikah kita sama-sama jujur...
Awal mula persahabatan kita semestinya tetap indah, namun sifat dasarmu sebagai penguasa itu terkadang membuatku lelah, ini memang salahku tak berani mengatakan sejak dulu, kenapa?
karena aku takut kau putuskan persahabatan lebih dini. Aku tahu itu yang akan kau lakukan jika aku jujur.
Dan benarkan, kejujuranku telah membuatmu pergi.
Aku tersadar  ternyata persahabatan kita benar-benar tidak berarti.
Maaf jika akhirnya aku melupakan dan aku merasa terbebas dan lepas.

Dunia mulai mencium ketika hubungan kita renggang bahkan putus. Entah apa yang kau katakan pada dunia ketika aku tak lagi berada dibawah telapak kakimu.
Maaf jika aku menebak rangkaian kata-katamu "Negative" apalagi dengan takdir yang menimpaku, karena kurasakan semua berubah membenciku, meremehkan aku, memfitnah aku dan segala hal yang terburuk memvonisku.

Sahabat..beranikah engkau jujur,..
Kita urai kenapa aku menjadi seperti ini?
Jika aku terlihat bahagia, namamu yang akan di puji bahwa semua itu berkat "Pertolonganmu"
Namun jika aku terlihat sengsara dan menderita semua akan mengatakan aku "Kualat" padamu.
Itu dunia kampung kita dan kota kita yang semua sudah lebih percaya padamu.

Sahabat,...kau tahu kutulis rangkaian kata ini dengan deraian airmata..
Mari jujur..
Masih ingat engkau "Minta Tolong" aku menggantikan posisimu? di perusahaan itu?
Kau tahu, kau tak bisa di tolak?
Bagaimana aku tiap hari di caci maki bos kamu. Bos yang "sangaaat dekat" denganmu.
Bagaimana aku mendapat instruksi dari kamu untuk memberikan setiap clien-clien yang menghubungi perusahaan untuk di pindah ke perusahaan kamu? aku juga dapat instruksi dari kamu kapan harus datang ke kostmu dan kapan harus pulang?
Aku dikatakan bodoh oleh bos aku yang juga bos kamu, dan kamu tetap asyik memanfaatkan kebodohan aku.

Kau tidak pernah bertanya bagaimana hatiku? sedang bahagiakah? sedang sedihkah?
Kau Tahu ketika aku bertemu denganmu kembali, aku sedang labil, hatiku sedang hancur.. karena "Disvorce"..saudara jauh, orang tua jauh kau tumpuhan satu-satunya.

Sahabat,..akhirnya kau pergi meninggalkan perusahaan "Habis manis sepah kau buang"..sepah itu kau berikan padaku.
Perusahaan sepi tanpa clien, dan aku menjadi sasaran kemarahan mantan bos kamu yang akhirnya menjadi bos aku.
Namun rejeki Allah yang atur, clien-clien baru muncul hingga perusahaan mampu bertahan hidup.
Kau masih menghubungi aku kalau-kalau ada sisa Clien yang mencari nama kamu harus diberikan padamu.
Aku bilang ingin resign, tetapi kamu melarangku dengan ancaman "Putus Persahabatan" itu kata-kata yang selalu aku takutkan jika keluar dari mulutmu.
Hingga aku menuruti kata-katamu lagi. Aku hanya berdoa kepada Allah agar mampu bertahan sampai batas waktu aku boleh resign sesuai waktu yang diberikan olehmu. Jadi Bos aku itu kamu atau Dia?...
Waktu berjalan membuat suasana berubah 180%, tak pernah terpikirkan olehku.
Kau tahu sendiri akhirnya bagaimana? aku pulang kampung dan lagi-lagi aku jatuh oleh rasa iba yang tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata.
Dan ketika aku "Jatuh" dan kecuranganmu terbongkar oleh mantan bos kamu? Kamu menyuruhku untuk membantumu kembali...
"Hello, aku sudah jatuh masih harus membantumu?"
Disini gunung esku meledak menjadi bara api..."Duaarr...!!!
Kau kaget dan memutuskan tali silaturahmi. 
Kisahmu belum selesai 
Kau lempar batu sembunyi tangan, kepada dunia. 
Sempurna. !

Tangerang 8 Sepetember 2018.































Tidak ada komentar:

Posting Komentar