Kamis, 29 Januari 2015

SEMUA MENUJU SENJA
( Lanjutan..


Akhirnya, semalam Nenek Siti menginap di rumah Riska. Riska yang sudah lama ditinggal mati orang tuanya, Ia merasa dekat dan menganggap Nek Siti seperti orang tua sendiri. Riska mendengarkan semua cerita nenek Siti, Riska semakin yakin bahwa Nenek Siti bukan gelandangan, Dia orang baik dan benar-benar dari kampung yang sedang mencari anakknya. 

Nenek Siti menunjukan sebuah alamat, Merry dan Riska segera membacanya. Merry terkejut, lalu berbisik pada Riska temannya. Bahwa alamat itu persis seperti komplek tempat Ia bekerja cuma beda nomor rumahnya saja. Tempat kerja Merry bernomor 62 dan alamat yang di cari Nek Siti bernomor 63. Riska bersorak gembira setelah menemukan titik terang tentang alamat yang dicarinya.

Pagi itu, Riska menyempatkan waktu untuk mengantarkan nenek Siti ke alamat yang dituju dengan naik taksi agar lebih cepat sampai. Merry ikut sekalian menuju ketempat kerjanya. Setelah melewati jalan yang berliku-liku, akhirnya mereka menemukan alamat itu. Sang empu rumah sedang siap-siap menuju ke tempat kerja, seorang lelaki berperawakan tinggi dengan tubuh yang proposional itu membuka pintu gerbang. Nenek Siti tertegun menatap pemuda itu seakan dia mengenalnya, pemuda itupun terdiam, sejenak lalu mendekati Nek siti. Mereka saling menatap tiba-tiba.  "Ibuu,...betulkah itu ibu?" Nenek Siti tak salah lagi, anak lelaki yang sudah berpisah selama 20 tahun itu benar-benar ada di depan mata. "Kamu Danang, nak...? Pemuda itu mengangguk mereka saling mendekat dan berpelukan. Nenek Siti merasa bersyukur dapat bertemu kembali dengan buah hatinya. Danang yang mengira ibunya tidak selamat akibat letusan gunung berapi itu akhirnya merasa sangat beruntung karena ibunya selamat. Merry dan Riska nampak terharu. Mereka dipersilakan masuk kedalam rumah Danang.

Danang menceritakan sejak diadopsi oleh keluarga kaya Danang selalu memikirkan ibunya, karena Danang masih sangat yakin bahwa ibu selamat karena selama bertahun-tahun Danang mencari jasad ibunya namun tidak ketemu juga. Maka Danang konsentrasi dalam belajar dan bekerja, Danang sudah meraih gelar Insiyur lalu mengantikan posisi ayah angkatnya sebagai Direktur Utama. Ayah dan ibunya angkatnya meninggal dunia karena suatu penyakit, hingga Danang menjadi sebatang kara. 

Berbulan-bulan Danang mencari ibunya di kampung tetapi tidak ketemu, begitu pula Nek Siti tidak juga menemukan anaknya. Nek Siti hanya diberi sebuah alamat yang dititipkan kepala desa setempat pasca letusan gunung berapi yang sangat dasyat itu. Kini Nenek Siti tinggal bersama Danang, Riska yang sudah berbuat baik kepada Nek Siti tetap dianggap anak oleh Nek Siti, sehingga hubungan mereka tetap terjalin dengan akrab.

Setahun berlalu, Kedekatan Riska dengan ibunya juga sikap-sikap baiknya menumbuhkan rasa cinta di hati Danang. sehingga diapun menyatakan cintanya kepada Riska. Riska yang memang masih single dan kagum pada Danang akhirnya menerima lamaran Danang. Singkat cerita Mereka menjadi pasangan suami istri hingga mempunyai seorang anak laki-laki bernama Arya.

Merry alias marni yang akhirnya tinggal di rumah majikannya pergi dari rumah Riska  tak lama jatuh cinta dengan sopir majikannya mereka menikah dan memiliki 4 orang anak,.tinggal di perkampungan sempit di belakang komplek.  Untuk membantu perekonomian keluarga sehari-hari Merry berjualan kue keliling komplek. Dandananya sudah tak serapi dulu, keadaan ekonomi yang sulit membuat ia semakin lusuh dan jauh lebih tua dari umurnya. Badannya kurus dan mulai sakit-sakitan namun ia harus tetap bekerja demi mencukupi semua kebutuhan keluarganya.

Siang itu Nek Siti, yang terlihat lebih rapi bersih dan segar tengah menyirami bunga di depan rumahnya yang berhalaman luas. usia Nek siti sudah 55 th, namun terawat ditambah dengan kebahagian di dalam hatinya sehingga sisa-sisa kecantikan di usia mudanya masih nampak jelas. Mendengar suara orang menjajakan kue Nenek Siti beranjak ke jalan, Ia merindukan jajanan pasar. "Yuuk,..beli kuenya!" Suara Nek Siti. Penjual kue itu segera mendekat begitu melihat orang yang hadapannya Merry terkejut. Nek Siti tidak berubah justru terlihat lebih cantik dan bersih, Merry menunduk malu. Merry segera mengambil kue pesanan pelanggannya. Nek Siti mengambil kue dan membayarnya. Untung Nek Siti sudah lupa dengan wajah Merry sehingga Merry tidak merasa malu, Ia segera bergegas pergi, namun dari balik pintu pagar ada suara memanggil. "Merry,......apa kabar? Riska mengenali temannya itu. Namun Merry sudah keburu kabur menjauh. Nek Siti penasaran dan menanyakan pada Riska tentang perempuan penjual kue itu. Riska menjelaskan bahwa itu adalah Marni alias si Merry yang dulu numpang kost di rumahnya. Nek Siti begitu terkejut, sosok yang dulu terlihat, muda, kuat dan manis itu sekarang sudah berubah drastis. 
"Ibu, maafkan sikap Merry waktu itu ya? Riska mencoba bicara meihat ibunya terdiam.
"Tidak apa-apa nduk, ibu sudah memaafkan dari jaman dulu, ibu maklumlah namanya dulu dia masih muda,..Dia lupa kalau pada akhirnya semua menuju tua alias senja,.." Suara Nek Siti seakan mengingatkan pada menantu kesayangannya.
"Iya ibu, pada akhirnya...semua memang menuju senja,..namun walaupun sudah senja kita harus selalu menjaga kesehatan,..salalu bersyukur dan mendekatkan diri pada Allah, agar di usia senja kita berkah, bermafaat bagi anak cucu dan jangan merepotkan anak cucu, ya nggak nduk"
"Iya, betul ibu,..ibu adalah anugrah bagiku yang selama ini merindukan kasih-sayang seorang ibu.!"
"Terima kasih, Nduk..Terima Kasih" Nek Siti dan Riska berpelukan sejenak, lalu mereka melangkah masuk kedalam rumah bergandengan tangan dengan hati bahagia.

Tamat.