Selasa, 11 September 2018

Lanjutan...LASKAR MENTARI



     Bu Nia terus memandu acara pagi itu dengan penuh semangat. Bu Julaikhah dan bu Nurul masing-masing membawa satu anak baru dalam gendongan turut bergabung.
"Alhamdulillah, ananda Tio dan ananda Zahra sudah mau bergabung mari kita kasih tepuk tangan teman-teman, Plok ! Plok ! Plok ! Serentak anak-anak bertepuk tangan.

     Tak begitu lama dari pintu gerbang  ada dua orang tua murid datang mengucapkan salam. Anak-anak dan semua dewan guru menoleh. Seorang anak dalam gendongan mamanya nampak menyembunyikan wajahnya. Bu Nia memanggil bu Dina bahwa itu salah satu calon murid didiknya. Bu Dina segera bergegas  untuk menyambut kedatangan seorang anak down syndrome.

     "Maaf, si ganteng siapa namanya?  Assalamu'alaikum-nya mana?
Sekilas bu Dina bisa melihat dari raut wajahnya nampak jelas sebagai anak yang berkebutuhan khusus. Tubuhnya gembul pendek, dengan tatapan mata yang berbeda dan alis mata yang bertautan kanan dan kiri. Bicaranya belum begitu jelas meski usianya hampir 5,6 tahun. Anak tersebut tidak mau turun dari gendongan. Bu Dina dan Bu Nurul berusaha menurunkan tetapi pegangan tangannya sangat kuat sambil berteriak-teriak mengajak pulang mamanya.

     "Ah, Ih, Uh, mah...ulang, yo mah ulang !".
     "Thoha, katanya mau sekolah mau jadi anak pinter, turun dong ! Ini sudah sampai di sekolah. Mamanya berusaha membujuk. Toha tetap lengket dalam gendongan mamanya.
Bu Nurul mmeberi kode bu Dina agar mengerahkan tenaga melepaskan  Thoha dari gendongan mamanya.

     "Ah, Ih, duh..awas mah ulang, awas ulang mah !". Thoha terus meronta. Bu Dina dan bu Nurul berhasil melepaskan dan berpindah ke gendongan bu Nurul. Bu Julaikhah turut membantu mengangkat menuju ke Mushola bergabung dengan teman-teman yang lainnya. 

     Bu Dina tidak jadi beranjak pergi karena mama dan papa Thoha masih mengajak berbincang-bincang.
     "Anak saya bu, kalau main keluar rumah suka ada temennya yang mengejek sehingga jarang bersosialisasi.
     " Maaf ya mama dan papa, kalau boleh tahu awalnya kenapa ya?
    " Itulah bu Guru, dulu ketika masih bayi sempet kejang terus kena penyakit kuning padahal sudah saya bawa ke rumah sakit, nyawanya bisa tertolong tetapi akibatnya jadi begitu, waktu hamil dulu saya sempet nggak tahu sehingga saya makan apa saja sampai menginjak usia kehamilan 8 bulan baru saya tahu, tetapi lahirnya sehat dan normal. Entah kenapa sekarang jadi begitu mohon dimaklumi bu guru ".

     "Mama dan papa yang sabar ya, kita harus tetap sayang. Semua dewan guru disini memaklumi, kok !
      " Terima kasih bu guru,kalau begitu kami langsung pamit, Assalamaulaikum..".
Setelah membalas salam dari wali murid, bu Dina menutuppintu pagar. Bu Dina bergabung ke Mushola. Acara Materi pagi itu dilanjutkan dengan sholat dhuha bersama-sama.
      Bu Nurul tidak berhasil membujuk Toha yang tetap dalam posisi menungging, iameminta tolong bu Dina.Bu Dina mendekati Toha lalu berbisik ke telinga Toha.
     "Toha, lihattt...ada semut ! Ya ampuun, semutnya berjalan menuju ke dalam peci Toha,semutnya banyak sekali, hati-hati digigit lho,..hiii.....!
Toha mengangkat wajahnya sebentar lalu disembunyikan lagi. Ia seperti tidak takut dengan semut-semut itu.Bu Dina melanjutkan kata-katanya.
       "Toha, tidak takut sama semut? wah hebat, kalau begitu bu guru minta tolong. Toha usir semut-semut itu biar teman-temannya tidak digigit,..hmm ada berapa ya yang masukke dalam peci Toha,ayo dihitung ! satu, dua,tiga,empat,lima...waaah buanyak!
Toha mulai bergerak-gerak, lalu mengangkat wajahnya sambil matanya melirik kesana-kemari mencari sesuatu. Ketika Toha sudah mulai duduk tegak,bu Dina justru menyuruh Toha untuk memasukkan mukanya kedalam peci lagi tetapi si Toha justru tidak mau. Disaat seperti itu bu Dina langsung membetulkan letak duduk Toha dalam posisi dipangku agar duduknya tepat dalam lingkaran.



















Minggu, 09 September 2018

LASKAR MENTARI

Lomba Cerita Anak
Penyelenggara : IGRA (Ikatan Guru RA) dan Golden Talent Tangerang.
Peringkat Juara : 1 Tahun 2016




LASKAR  MENTARI


     Bel tanda masuk berbunyi. Hari pertama masuk sekolah di tahun ajaran baru 2016-2017 RA Al-Muslimin. Sebuah sekolah dengan ruang kelasnya berbentuk saung, sehingga sambil belajar anak-anak tetap dapat menikmati pemandangan alam sekitar dan menghirup udara segar langsung dari alam bebas. Berbagai macam alat-alat permainan berada diantara bunga-bunga dan pepohonan dengan suasana yang cukup asri.

      Bu Dina, guru baru yang ditunjuk sebagai guru anak-anak inklusi atau anak-anak ABK mulai mengumpulkan anak-anak di teras rumah bunda pemilih yayasan yang biasa di sebut mushola. Karena disitulah nantinya anak-anak melakukan kegiatan berdoa, menghafal hadist-hadist, surat-surat pendek dan terutama sebagai tempat melakukan kegiatan sholat Dhuha bersama-sama.

     Bu Julaikha sebagai guru kelas anak-anak Paud nampak kewalahan membujuk anak-anak baru yang harus berpisah dengan orang tuanya. Beberapa anak menangis, meronta-ronta, bu Nurul segera membantu. Seorang anak kabur berlari keluar gerbang sehingga melibatkan bu Uswatun Hasanah selaku kepala sekolah ikut terjun menangani anak tersebut. Alhamdulillah bu Uswatun bisa membujuk dan membawa Alya masuk. Pemandangan pertama masuk sekolah sudah biasa bagi dewan guru yang memang sudah berpengalaman.

     Bu Nia mulai mempersiapkan anak-anak dalam kegiatan "Semangat Pagi" yang diisi  dengan baris dan bernyanyi bersama. Dalam masa MOS selama satu minggu anak-anak semua kegiatan belajar dan bermain ditempat yang sama. Bu Dina ikut bergabung dan membantu merapikan barisan anak-anak sembari membaca satu persatu name tag yang tertera di baju anak-anak. Bu Dina mendapat mandat untuk menjadi wali kelas special need kids alias anak-anak inklusi yang menurut informasi ada 3 anak. Thoha seorang anak down syndrome, Alif  terkena Autis dan Zidan seperti gejala autis tapi lebih cenderung ke Dialeksia atau malah gift child dia pandai, linguistiknya sangat bagus dengan dialek bahasa inggris yang sangat fasih, namun susah menggunakan bahasa indonesia. Sehingga harus lebih sering diajari mengunakan bahasa Indonesia agar bisa bergabung dan bermain dengan teman-teman sebayanya, begitu info yang bu Dina dapat.

     Bu Dina mndekati bu Nia, guru senior di sekolah tersebut. 
"Maaf, Bu Nia, anak-anak ABK pada kemana ya? Kok belum kelihatan?".
Bu Nia terdiam sejenak lalu menyapu pandangan ke seluruh halaman.
" Sepertinya belum ada yang datang bu Dina, sebaiknya ibu bantu saya saja untuk mengisi kegiatan Semangat Pagi !".
Bu Dina mengangguk seraya bergabung dengan anak-anak yang manis dan lucu-lucu itu. Mereka nampak gembira bernyanyi dan berkumpul membentuk lingkaran.

"Hello, hello..hello apa kabar?
"Baik,...baik,..kami semua begitu "
"Assalamaulaikum, muslim apa kabar?
"Baiiik..!" Jawab anak-anak muslim serentak.
"Assalamualaikum, Muslimah apa kabar?
"Baiiik..! Jawab anak-anak muslimah serentak.
"Assalamualaikum, assalamualikum, semua apa kabar?
"Baiik...! Semua menjawab dengan serentak dan semangat.









Bersambung......>



     











Jumat, 07 September 2018


KEPADA SAHABAT KECIL


Petir menggelegar sepanjang hari, mendung menggantung sejak dini berakhir dengan hujan lebat...deras sederas air mataku dan air matamu. Walau engkau disana dan aku disini namun ketahuilah sahabat, hatiku selalu berusaha mendekati hatimu. Aku tahu... ada benteng tebal dan tembok raksasa diantara kita yang selalu kau ciptakan. Bertahun-tahun sudah aku berusaha menghancurkan namun kau ciptakan kembali benteng itu sedingin dan setinggi gunung es, hingga aku lelah dan menyerahkannya kepada Yang Kuasa.

Sahabat,..
Semua berubah semenjak kita berjumpa di Plaza Semanggi Jakarta tahun 2006. Masih kuingat, wajah cantikmu, suara lembutmu, ucapan-ucapanmu, rangkaian kata-katamu bahkan titik komanya, aku ingat ! semua bagai godam panas yang memanaskan telingaku, membakar hatiku !! apa daya mulutku terkunci, aku tak pandai berkata-kata dengan segera. Aku tak pintar berbicara dengan cepat. Aku membisu namun hatiku bergejolak hebat ! kusadari kecepatan respon di telinga, hati dan pikiranku lebih cepat dari pada kecepatan mulutku bersuara.
Hingga sikap diamku terlihat seperti suatu kebodohan dan kekalahan,..aku tahu itu, namun apa daya mulutku tetap tak mampu mengeluarkan suara walau hanya sepatah kata.

Sahabat..
Seketika bahteraku goyah oleh rangkaian kata-katamu..
Dia pergi tanpa sepatah kata...meninggalkanku dan "Matahariku" waktu itu, kepercayaan kami teruji oleh mulut embermu. Dan ketika aku bangkit dan suaraku sudah terkumpul kau dengar suara "Duaar..!!! itu suara hatiku berisi kejujuran...dan kau terkejut hingga berlari tunggang-langgang lalu memutuskan tali silaturahmi. Bertahun-tahun dan aku yang selalu berusaha mencairkan padahal usiamu lebih muda dari aku. Aku berusaha memdekatimu bertahun-tahun kau tak perduli hingga aku selalu terlihat di posisi yang paling bersalah dan kamu selalu benar, suara lembut dan wajah cantikmu membuat semua orang lebih percaya padamu.
Kenapa persahabatan ini bisa terjalin tetapi aku seperti tertekan?
Karena hanya aku yang harus memahami kamu, mengerti kamu, mendengarkan kata-katamu, mengikuti instruksimu,  memenuhi keinginanmu? dan kamu tidak ! mengapa? 

Sahabat..
Kesendirian sempat harus kualami, tanpa dia dan tanpa siapa-siapa yang perduli denganku dan nasibku baik di kampung atau di kota metropolitan kecuali keluarga kampungku. Bersama "Matahariku" kucoba ciptakan kebahagiaan sendiri dan berserah diri kepada Yang Kuasa. 
Hingga suatu saat Dia kembali lagi dengan sendirinya kepadaku disaat aku ingin pergi jauh, dan melupakan tentang dia dan kamu.

Sahabat,..
Beranikah kita sama-sama jujur...
Awal mula persahabatan kita semestinya tetap indah, namun sifat dasarmu sebagai penguasa itu terkadang membuatku lelah, ini memang salahku tak berani mengatakan sejak dulu, kenapa?
karena aku takut kau putuskan persahabatan lebih dini. Aku tahu itu yang akan kau lakukan jika aku jujur.
Dan benarkan, kejujuranku telah membuatmu pergi.
Aku tersadar  ternyata persahabatan kita benar-benar tidak berarti.
Maaf jika akhirnya aku melupakan dan aku merasa terbebas dan lepas.

Dunia mulai mencium ketika hubungan kita renggang bahkan putus. Entah apa yang kau katakan pada dunia ketika aku tak lagi berada dibawah telapak kakimu.
Maaf jika aku menebak rangkaian kata-katamu "Negative" apalagi dengan takdir yang menimpaku, karena kurasakan semua berubah membenciku, meremehkan aku, memfitnah aku dan segala hal yang terburuk memvonisku.

Sahabat..beranikah engkau jujur,..
Kita urai kenapa aku menjadi seperti ini?
Jika aku terlihat bahagia, namamu yang akan di puji bahwa semua itu berkat "Pertolonganmu"
Namun jika aku terlihat sengsara dan menderita semua akan mengatakan aku "Kualat" padamu.
Itu dunia kampung kita dan kota kita yang semua sudah lebih percaya padamu.

Sahabat,...kau tahu kutulis rangkaian kata ini dengan deraian airmata..
Mari jujur..
Masih ingat engkau "Minta Tolong" aku menggantikan posisimu? di perusahaan itu?
Kau tahu, kau tak bisa di tolak?
Bagaimana aku tiap hari di caci maki bos kamu. Bos yang "sangaaat dekat" denganmu.
Bagaimana aku mendapat instruksi dari kamu untuk memberikan setiap clien-clien yang menghubungi perusahaan untuk di pindah ke perusahaan kamu? aku juga dapat instruksi dari kamu kapan harus datang ke kostmu dan kapan harus pulang?
Aku dikatakan bodoh oleh bos aku yang juga bos kamu, dan kamu tetap asyik memanfaatkan kebodohan aku.

Kau tidak pernah bertanya bagaimana hatiku? sedang bahagiakah? sedang sedihkah?
Kau Tahu ketika aku bertemu denganmu kembali, aku sedang labil, hatiku sedang hancur.. karena "Disvorce"..saudara jauh, orang tua jauh kau tumpuhan satu-satunya.

Sahabat,..akhirnya kau pergi meninggalkan perusahaan "Habis manis sepah kau buang"..sepah itu kau berikan padaku.
Perusahaan sepi tanpa clien, dan aku menjadi sasaran kemarahan mantan bos kamu yang akhirnya menjadi bos aku.
Namun rejeki Allah yang atur, clien-clien baru muncul hingga perusahaan mampu bertahan hidup.
Kau masih menghubungi aku kalau-kalau ada sisa Clien yang mencari nama kamu harus diberikan padamu.
Aku bilang ingin resign, tetapi kamu melarangku dengan ancaman "Putus Persahabatan" itu kata-kata yang selalu aku takutkan jika keluar dari mulutmu.
Hingga aku menuruti kata-katamu lagi. Aku hanya berdoa kepada Allah agar mampu bertahan sampai batas waktu aku boleh resign sesuai waktu yang diberikan olehmu. Jadi Bos aku itu kamu atau Dia?...
Waktu berjalan membuat suasana berubah 180%, tak pernah terpikirkan olehku.
Kau tahu sendiri akhirnya bagaimana? aku pulang kampung dan lagi-lagi aku jatuh oleh rasa iba yang tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata.
Dan ketika aku "Jatuh" dan kecuranganmu terbongkar oleh mantan bos kamu? Kamu menyuruhku untuk membantumu kembali...
"Hello, aku sudah jatuh masih harus membantumu?"
Disini gunung esku meledak menjadi bara api..."Duaarr...!!!
Kau kaget dan memutuskan tali silaturahmi. 
Kisahmu belum selesai 
Kau lempar batu sembunyi tangan, kepada dunia. 
Sempurna. !

Tangerang 8 Sepetember 2018.