Rabu, 31 Desember 2014

SEMUA MENUJU SENJA
(Lanjutan...22 nov 2014)


Gadis cantik berambut panjang itu membawa Nenek Siti ke rumah kontrakannya. Nenek Siti tidak menyangka, ternyata masih ada gadis cantik yang perduli padanya di kota sebesar itu.
"Ini, rumah kontrakan saya, nenek boleh menginap disini untuk sementara besok kebetulan saya libur kerja bisa saya antar mencari alamat anak nenek!"
"Neng, terima kasih nenek sudah merepotkan neng cantik ini!"
"Tidak apa-apa nek,..!" 
"Nenek, duduk di teras dulu saya mau masuk sebentar". Riska segera masuk kedalam rumah, ia menuju kamar Marni temennya yang ternyata kosong. Riska akan memberi tahu Marni, agar Nenek bisa menginap satu hari di kamarnya.

Riska nama gadis itu yang tak lain adalah teman sekampungnya marni alias Merry. Merry kaget  begitu sampai di rumah melihat nenek Siti di teras.
"Nenek,..kok ada di sini?...nenek membuntuti saya ya? maaf nenek saya tidak bisa membantu nenek".
"Eh' si Neng,..saya..sa...".
"Sudahlah Nek,..sebaiknya nenek pergi saja dari sini soalnya ini juga bukan rumah saya".
Ketika Merry berusaha mengusir nek Siti, Riska teman kostnya segera muncul dari dalam rumah sambil membawa sepiring nasi dan segelas minuman.

"Hei, Mer..kamu baru pulang, gimana sudah dapat pekerjaan belum? Riska tersenyum melihat temen yang ditunggunya sudah datang.
"Sudah Ris,..tapi cuma sebagai baby sister..!"
"Bagus itu,.. mengurus anak-anak bukannya menyenangkan?"
"Apa..? Pusing tahu?
"Yang penting kan bukan bagian masak, nyapu, ngepel,..katamu, ya nggak?
"Iya, sih makanya mau kucoba deh".
"Nah, begitu dong harus berani mencoba!" Oya, Merry..kenalkan ini nenek Siti, boleh ya malam ini dia menginap di kamarmu?..soalnya kamarku penuh dengan barang-barang dan pekerjaan kantor".
Merry nampak terkejut, raut wajahnya menunjukan rasa tidak suka. Perlahan Merry menarik  tangan Riska lalu dibawa masuk, seperti akan menyampaikan sesuatu.
"Ris,..memangnya kamu kenal, sama gelandangan itu?"
Riska menggeleng. Merry semakin bersemangat untuk mengusir nenek tua itu, menurutnya ribet menampung nenek-nenek di rumah karena harus tanggung jawab, belum kalau tiba-tiba sakit, harus bertanggung jawab membawa ke rumah sakit. Merry menyarankan untuk menampung gadis muda saja, bisa di suruh-suruh membantu pekerjaan rumah.
Bersambung...


Sabtu, 22 November 2014

SEMUA MENUJU SENJA

Di perempatan patung pancoran Jakarta selatan, berdiri seorang nenek berusia 50 tahun, jalannya menggunakan tongkat, nenek Siti namanya. Ia baru datang dari kampung dengan berbekal sebuah alamat, hendak menyeberang jalan. Hujan begitu deras, di sebuah halte nenek Siti berteduh bersama beberapa orang yang berbondong-bondong ikut berteduh, beberapa orang di sampingnya nampak biasa saja, namun seorang gadis berusia 30 tahunan berwajah sederhana namun bertubuh indah nampak risih berdekatan dengan nenek Siti yang nampak berpenampilan kampung  dan  lusuh.

Gadis berusia 30 tahun, dengan penampilan modis itu bernama Marni, namun semenjak Ia tinggal di Jakarta Marni menamakan dirinya Merry. Merry, gadis lulusan SMA itu sudah 3 bulan menumpang temannya di tempat kost. Merry bermaksud untuk mencari kerja namun belum menemukan juga. Beberapa tawaran kerja datang tetapi hanya sebagai pembantu rumah tangga, pengasuh anak, atau penjaga warung sayur, Merry selalu menolaknya karena Ia merasa tidak pantas untuk bekerja kasar seperti itu. Merry menginginkan kerja di sebuah perusahaan, di restoran terkenal atau tempat-tempat yang menurut dia "WAH"...!

Sudah 5 perusahaan Merry datangi, tetapi tak satupun perusahaan yang menerima lamarannya jawabannya selalu sama yaitu "Tidak Ada Lowongan,..!"
Suatu hari Merry tanpa sengaja bertemu lagi dengan nenek Siti, Nenek Siti segera menyapa, "Eh' Neng ketemu lagi,..! Merry berusaha menghindar melihat penampilan Nenek Siti yang makin lusuh, namun sejujurnya bias-bias kecantikan di masa muda Nek Siti masih tersisa dan nampak jika Nenek sedang tersenyum. Di kampungnya dulu Nenek Siti memang di kenal sebagai bunga desa, namun nenek Siti tidak sombong dengan julukan itu, bahkan bersahaja.
Ketika terjadi letusan gunung berapi yang sangat dahysat di desanya, nenek Siti mengungsi hingga terpisah dengan anak semata wayangnya yaitu Danang. Danang yang waktu itu masih SD ikut penduduk yang  tinggal di pengungsian. ,Danang mengira ibunya sudah meninggal karena tertimpa longsoran gunung berapi, hingga Danang bersedia diadopsi anak oleh keluarga kaya di Jakarta.

"Neng...,saya Minta tolong untuk mencarikan alamat ini? nenek Siti mencari secarik kertas.
"Sa,..Sa,.ya, buru-buru nek, sama yang lain saja ya?" Merry segera berlalu dari hadapan nenek Siti. Nenek Siti terbengong dengan raut wajah kecewa.

Nenek Siti, terus melanjutkan perjalanan, perbekalannya sudah hampir habis namun anaknya belum juga diketemukan. Perasaannya mulai sedih, rasa lelah dan lapar mulai menyerangnya membuatnya putus asa. Di kota besar seperti metropolitan itu, Nenek merasa tak ada orang mau perduli dengannya, mungkin dirinya sudah dianggap semacam gelandangan atau pengemis liar sempat beberapa kali dia diusir jika berada di tempat yang terlihat bagus.
Nenek Siti berusaha menyeberang jalan,.tiba-tiba"..."Din-din-din,....Ciaatt..!! sebuah tangan menarik nenek Siti dengan segera untuk di bawa ke pinggir jalan. Sebuah mobil warna merah membuka kaca mobilnya muncul wajah anak muda sambil memandanginya, tanpa suara tanpa kata anak muda itu kembali menutup kaca mobilnya dan berlalu dari hadapan Nenek Siti.

"Lain kali kalau mau menyebrang, hati-hati Nek,..! Suara seorang gadis cantik berambut panjang itu mengingatkan. "Iya Nak, terima kasih sudah menolong saya!"
"Nenek mau kemana, ini sudah mau malam nenek sebaiknya pulang saja!"
"Justru itu Nak, saya belum menemukan alamat anak saya".
"Memang alamat rumah anak Nenek di mana?
Nenek Siti segera menunjukkan secarik kertas yang sudah mulai kumal karena genggaman dan cara penyipanan nenek yang asal-asalan yaitu hanya di selipkan kedalam lipatan kainnya.
Gadis cantik itu mengambil sebuah alamat lalu membacanya, setelah membaca gadis itu segera mengatakan bahwa alamat itu masih cukup jauh dari situ dan lagi jalanan macet, maka gadis cantik tadi mengajak Nenek untuk tinggal sementara di rumah kontrakkannya.

Bersambung...








Jumat, 07 November 2014

KAMPUNGKU KAMPUNG SANG JENDERAL


     Temaram sang surya mengukir senja, remang menjelang membawa insan ke peraduan. Angin sepoi menerpa jiwaku yang nelangsa, karena "Arjuna" kekasihku pergi jauh mengemban tugas negara ikut mengamankan negara bersama para gerilyawan Indonesia menuju ke kota Batavia.

      Di desa Rendeng Kabupaten Purworejo tempat aku lahir, merupakan Desa yang tenang dan tanpa gejolak kini di sebut sebagai kota pensiun. Tahun 1960, usiaku sudah 25 tahun merupakan usia yang sudah tua bagi seorang gadis perawan di kampungku. Namun aku belum menikah. kedua adikku Asih dan Atik yang berusia 23 dan 20 tahun itu masing-masing sudah punya kekasih. Aku mengiklaskan saja mereka menikah meski mereka tidak mau alasannya mereka tak sampai hati untuk melangkahiku. Kedua adikku mendesakku agar cepat menikah mereka sudah sangat malu menyadari kami yang biasa dijuluki "Tiga Dara" belum ada satupun yang menikah.

"Asih,..mbak nggak opo-opo kalau kamu mau menikah duluan!"
"Tapi,..Mbakk ..
"Wis nggak usah pakai tapi-tapian, besok panggil mas Bagus, kita atur waktunya nanti tinggal ngabari Bapak, ben bapak kondur,.jadi wali nikah kamu"
"Tapi,..piye mbak,njenengan..?
"Wis nggak usah piye-piye,..sing penting kowe ndang cepet nikah, mbak ikut senang!"
Akhirnya Asih menyetujui saja kehendakku. Asih langsung di boyong ke Batavia.

Selang Tiga bulan, Adikku Atik ikut kakaknya merantau ke Batavia dan kini tinggallah aku sendiri. Ibuku sudah lama Almarhum semenjak Atik berusia 3 tahun selama itu aku dan bapak mengasuh adik-adik bersama-sama. Bapak kerja di Semarang sebagai petugas pengairan sawah, sejak ibu meninggal bapak giat sekali bekerja meski harus berpindah-pindah tempat namun bapak jalani demi menafkai kami anak-anaknya,, sungguh perjuangan bapak luar biasa meski harus sendirian selama bertahun-tahun.

**

"Eni, ayo teruskan menulisnya,...! suara eyang wongso membuat aku tersadar dari lamunan.
"Oh, enjih-enjih eyang,..nyuwun pangapunten..! 
Aku meneruskan menulis sebuah surat. Eyang Wongso adalah majikanku, selain aku kerja di toko tak segan-segan aku di panggil oleh eyang untuk membantu semua keperluannya terutama dalam hal komunikasi dengan putra-putrinya yang jauh melalui surat atau kadang-kadang melalui pesawat telepon.

Eyang Wongso adalah Ibunda Jenderal Anumerta Ahmad Yani, kantor pusatnya di Batavia namun sering dikirim ke berbagai kota bahkan juga keluar negeri. Sejak dari kelas enam SD, aku sudah di panggil dan menjadi Assisten Pribadi eyang wongso. Eyang Wongso adalah pribadi yang sangat baik, ramah, tidak sombong dan sangat dermawan terutama pada rakyat kecil, selain aku ada empat orang lagi yang mengurusi eyang, ada bagian masak, bagian nyuci, bagian nyapu dan tukang kebun, aku bagian surat-menyurat beliau sangat baik dengan kami semua sehingga beliau sangat disegani dandi hormati  di kampung Rendeng bahkan di kalangan kabupaten semua sudah sangat mengenal beliau sebagai ibunya Jendral.

Eyang Wongso sebagai pribadi yang sangat tegar terbukti ketika anak lelaki kesayangannya menjadi korban penculikan dan di bunuh di malam G30 SPKI, beliau tidak menangis atau meneteskan air mata namun kelihatan sekali dalam tatapan matanya yang kosong ada kesedihan yang teramat dalam.
Eyang masih mampu tersenyum menyambut para pejabat kabupaten dan beberapa pejabat penting negara mengucapkan turut berbela sungkawa. Eyang sudah sangat menyadari profesi anaknya di bidang kemiliteran memang resikonya sangat berat namun Eyang sangat bangga dengan tekad anaknya untuk membela negara meski harus berkorban jiwa dan raga, eyang selalu mendukung apapun yang dicita-citakan anaknya tercinta karena memang cita-cita itu mulia.

Sore itu Eyang memanggilku, dan aku segera menghadap aku pikir eyang menyuruh aku menulis surat atau menyuruhku untuk membaca sebuah surat namun ternyata bukan dan aku terkejut,
"Eni, ada telepon itu dari pacarmu,..wah..sudah punya pacar tho..! Eyang menggoda membuat aku menjadi malu. Aku segera bergegas menuju ke ruang tengah, dan benar juga suara seseorang yang sudah lama sekali aku rindukan.
"Selamat sore,..!
"Njih,.Njih, Selamat sore,..! Aku tergagap sambil tersipu malu.
Tiba-tiba...suara telepon di seberang sana berubah nyanyian...rupanya mas Arjuna menyanyikan lagunya Broery Marantika berjudul Ijinkan Aku Pergi.
"Ijinkan aku pergiii.....apalagi yang engkau tangisi,..semogalah penggantiku dapat lebih mengerti hatimu,..Memang berat kurasa,..meninggalkan kasih yang kucinta,  namun bagaimana lagi, semuanya harus kujalani,..selamat tinggal kudoakan,..kau selalu bahagia...hanya pesanku jangan lupa kirimkan kabarmuu,,,Bila suatu hari dia membuat kecewa di hati, batin ini takkan pendam mendengarmu hidup menderita,.Selamat tinggal kudoakan kau selalu bahagia...".
Tanpa terasa airmataku menetes, akupun sesenggukan.

Lagu itu lagu terakhir yang dinyanyikan mas Arjuna untukku, aku tak mengerti kenapa mas Arjuna tega-teganya memutuskan tali kasih ini.Selidik punya selidik ternyata telah terjadi salah paham, tanpa kuketahui ada seorang laki-laki yang selama ini membuntutiku bahkan selalu menungguku jika aku sedang bekerja di Toko. Lelaki asing itu selalu mengikuti kegiatanku sejak aku masih di rumah, berangkat ke toko sampai pulang dan juga aku ke rumah Eyang. Aku tidak pernah tahunamun Mas Arjuna ternyata lebih tahu siapa laki-laki itu yaitu salah seorang pegawai Puskesmas di kecamatan Gebang. Walaupun Mas Arjuna bertugas di Batavia tetapi mas Arjuna punya mata-mata juga di sini.

Diam-diam laki-laki yang belum kuketahui namanya itu sudah menemui bapakku dan berniat melamarku, hal ini di ketahui oleh mas Arjuna, padahal aku sama sekali belum menganalnya namu mas Arjuna telah salah paham dan mengira bahwa aku telah menerima lamaran itu.

Hingga kudengar kabar, setelah pimpinan Mas Arjuna meninggal yaitu Bapak Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mas arjuna di pindah tugaskan ke luar jawa dan kabar terakhir, Mas Arjuna menikah dengan gadis sebarang...pupuslah sudah harapanku...aku jatuh sakit,..dan sempat di rawat hampir sebulan di rumah sakit tentara Purworejo,...aku mengindap penyakit usus buntu sehingga harus di operasi, adik-adikku yang sudah punya anak kecil-kecil tak sempat menungguku di ruma sakit, Bapakku juga sangat sibuk sehingga hanya sesekali menengokku di rumah sakit, namun Eyang sudah memasrahkan aku pada seorang suster,.dan ternyata sosok misterius itu akhirnya muncul, dia dengan sabar menungguku di rumah sakit siang malam menjagaku di rumah sakit,..dia Adalah Anton yang selama ini membuntutiku dan membuat Mas Arjuna meninggalkan aku.

Rasa kekecewaan masih kurasa sehingga kesal melihat sosok lelaki itu,..bertahun-tahun aku terpuruk dalam kesedihan, adik-adikku semua sudah menikah dan punya anak, ayah semakin tua dan usiaku sudah kepala 3, semua orang sudah menebutku sebagai perawan tua, melihatku yang masih sendiri membuat ayah sedih dan mulai sakit-sakitan, agar ayah senang, akhirnya di usiaku yang ke 32 tahun akhirnya kau menerima lamaran lelaki asing itu yang mengaku sebatang kara.

Mungkin benar pepatah "Witing Tresno Jalaran Soko Kulino" lama-lama aku dapat mencintai mas Anton, dan aku melahirkan empat orang anak, 2 laki-laki dan dua perempuan, tanpa kuduga ketika anak-anakku remaja, keluarga besar Mas Anton datang semua berasal dari kota mereka sangat bahagia bertemu saudaranya kembali setelah terpecah-pecah akibat perang dan kerusuhan yang terjadi di tanah air. Kini aku hidup bahagia di kampung Rendeng, kampung sang Jendral. jika mengingat sang jenderal akan mengingatkanku pada sosok Mas Arjuna,..yang telah membuat luka, kini aku akan melupakannya demi masa depan anak-anakku tercinta.

                                                                 *******



Senin, 27 Oktober 2014

HIJRAH

Jika suatu keyakinan sudah memudar, bersama daun-daun kering yang berguguran. Dan jika hati tertata rapi dalam sepi dan kebisuan yang semakin panjang menenggelamkan kedalam sumur mati penuh keterasingan. Dan jika tiada lagi kehangatan rasa dalam jiwa, serta langit-langit jiwapun tertutup kabut hingga tak nampak suatu cahaya bersinar disana. hanya keresahan yang membelenggu kalbu, mengapa engkau masih bertanya? kenapa bumiku sendu?...

Langkahmu santai namun lunglai....ke danau itu,...danau kering di padang luas,..diantara pohon-pohon tua yang telah hangus terbakar...oleh api cemburu,..yang membelenggumu hingga beku..!!
Dan kau masih duduk meratap dengan tatapan kosong diatas batu tua,..yang menganga menahan panas sinar matahari,..dan engkau kembali berjalan dengan kakimu, dengan tanganmu, dengan punggungmu, dengan kepalamu...untuk mencari air..air kehidupan yang tak pernah kau temukan, karena kau hanya berputar-putar di hutan terbakar...hingga mata nanar dan terkapar...

Sadarilah,..engkau sebenarnya hanya berjalan dengan pikiranmu, hingga kelelahan mampu meluluh-lantakkan jiwa raga. Dan ketika malam tiba,..entah ,malam yang keberapa juta bulan, engkau terpikir untuk ber-HIJRAH", dengan semangat membara, hasrat bergelora, harapan seakan didepan mata untuk mencari air kehidupan, mencari keindahan pemandangan mencari kedamaian hati, mencari kesejukan sebuah danau, mencari keramahan penduduk dengan segala dunia baru engkau ingin menyatu, bangkit dan tinggalkan masa lalu...menunggu pagi seakan semua berseri...

Dan ketika pagi tiba, kau terjaga...dari tidurmu diatas batu tua,...ketika kaki hendak melangkah namun..kadua kakimu telah lumpuh,...sedikitpun tak dapat kau gerakkan,...berjuang dan terus berjuang sekuat tenaga namun kegagalan selalu yang diterima....harapan sirna,..mulutmu tak sanggup lagi berteriak,..semua telah pergi tinggalkan engkau yang berhati batu...untuk langkahmu..yang selalu ragu,..bertahan di hutan tanpa harapan....kini penyesalan hanya tinggal penyesalan..!
Ingatlah,..Hijrahmu terlambat,..saat engkau kuat...!!!


Selasa, 21 Oktober 2014

KUGENDONG KAU KE SURGA

Kau memang tidak terlalu cantik namun kau menarik dan tidak membosankan, gaya bahasamu yang polos bahkan terkesan culun, bagi sebagian orang yang tidak suka, kamu dibilang bodoh karena memang suka agak Telmi..he..he..he, maaf. Namun bagiku kau luarrr biasa.

Kubaca sejarahmu,  sebagai gadis pendiam dari keluarga sederhana tinggal di desa, namun aku tahu keluarga ayahmu hampir semua ada di kota besar dan akupun tahu siapa saja mereka.

"Arneta Marbela",..itu nama pemberian ayahmu. Karena engkau tinggal di kampung teman-temanmu suka memanggilmu  "Mar,..atau si-Mar,.." Apapun panggilan mereka engkau tetap menerima saja. Ketahuilah aku memanggilmu "Bela  si- Bidadari Surga"

Sifat ayahmu yang otoriter, keras membuat tetangga tak begitu akrab dengan keluargamu.
"Bela,..siapa sih pacarmu? Tanyaku ketika bertemu. Dengan malu-malu kamu hanya menggeleng. Begitu lulus SLTA kamu sudah langsung bekerja hinga 3 tahun dan selama ini orang sekampung tidak pernah mendengar siapa nama pacarmu.

Semua temanmu, Ani, Siti, Yati, Tuti, Wati  pernah mempunyai kekasih tetapi hanya kamu yang selalu sendiri. Kesendirianmu memicu prediksi orang lebih menyedihkan lagi, kamu dianggap sebagai gadis yang tidak normal karena sampai usia dewasa tidak pernah mengenal cowok. Beberapa ejekan sempat dilontarkan padamu, bahkan Ani temanmu yang paling jago menaklukan banyak cowok, menawari bekas pacarnya untuk diberikan padamu karena si Ani sudah punya gebetan baru. "Masya Allah" sungguh memprihatinkan masa remajamu. namun bagiku kau tetap menganggumkan, kau tetap pendiam, mengalah dan sabar menerima semua ejekan itu.
Kau merantau ke kota,...disana di saudara kaya, namun kau tetap sederhana kau juga tidak memanfaatkan kekayaan saudaramu. Bela, engkau tetap bersahaja dengan tampilan pakaian barumu yaitu berjilbab, meski di kampung kau sempat diejek dengan jilbabmu itu namun sampai di kota engkau tetap memakainnya.

Bela tak tahukah kau bahwa diam-diam aku mencintaimu, bersaing dengan seorang sahabatku sampai akhirnya dia menyerah sebelum mengatakan cinta padamu karena kami tak pernah berani mendekatimu,..entah kenapa? padahal kau tidak galak,  tidak judes dan tidak sombong tetapi kenapa aku juga nggak berani mendekatimu?

Bela, Tujuh tahun engkau merantau ke Jakarta dan bekerja di berbagai macam bidang pekerjaan. Dua tahun Engkau di sebuah penerbitan majalah, satu tahun engkau kerja di sebuah sekolah, engkau juga pindah lagi bekerja yang akhirnya di sebuah perusahaan kontraktor, engkau tinggal di sebuah rumah kost yang terkenal dengan sebutan "Tempat kost Tante Wanda"..aduuh' Bela kenapa engkau kost di disana? Ketahuilah Bela, aku sempat mencemaskanmu sehingga akupun membuntutimu dan tinggal tak jauh dari rumah kostmu.

Aku selalu menerima berita tentangmu,..engkau yang tidak berubah meski bergaul dengan gadis-gadis cantik berpenampilan masa kini. Jilbabmu tak pernah kau lepas meski di sekitarmu berseliweran teman-teman kostmu dengan rok mini, sepatu hak tinggi ataupun dengan celana-celana ketat. Hanya sekata dan dua patah kata yang suka kau ucapkan untuk sedikit menasehati teman-temanmu selebihnya adalah contoh yang engkau berikan.

Beberapa temanmu yang tidak suka meledekmu dengan sebutan "Ustadjah lelah" karena ada embel-embelnya 'Perawan Tua", padahal usiamu baru 27 tahun. Engkau hanya tersenyum saja dengan ledekan itu. Ada beberapa temanmu yang akan menjodohkanmu, karena mereka yakin dengan kamu tahu dan mengenal cinta sendiri tak akan berani lagi menasehati mereka. Sebenarnya kamu tidak menasehati hanya ingin mengingatkan namun justru niat baikmu menjadi bumerang bagi dirimu sendiri.

Sementara itu di luar lingkungan sekitar, engkau mendapat predikat buruk juga akibat tinggal ditempat kost yang tergolong bebas. Bela.. secepatnya kamu harus keluar sebelum kejadian yang tidak diharapkan menimpamu karena firasatku berkata begitu.

"Bela, Kamu mau kemana?" tanyaku ketika melihat Bela keluar kost dengan membawa tas besar. "Aku, mau pulang kampung mas,..lho mas Iksan kok ada di sini? Bela terheran-heran melihatku. Bela tidak pernah tahu bahwa aku adalah keponakan Bosnya tempat dia bekerja.
"Mas Iksan, teman abangku di kampung dulu ya? teman SMA? Aku mengangguk.

Sebelum sempat pergi, beberapa teman kostmu keluar dan memarahi dan memaki-makimu. Bela rupanya kamu dituduh merebut pacar salah seorang teman kostmu yang paling centil. Mas Bagas anak bungsu dari pemilik kost yang paling ganteng dan digandrungi semua anak kost, itu sebenarnya hanya menitipkan kunci kamar pada Bela, untuk kamar kosong yang akan ditempati oleh penghuni kost baru namun semua telah salah paham dan berkat laporan semua anak kost akhirnya Bela dikeluarkan dari tempat kost,..dengan tuduhan yang menyakitkan,...namun Bela, engkau justru mengucapkan "Alhamdullilah",...karena engkau menyakini bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah yang terbaik. Yah...aku rasa juga lebih baik begitu, karena memang beberapa teman kostmu, aku telah mengenalnya,..seperti apa kepribadian mereka, sebaiknya tinggalkan saja Bela.

Predikat 'Perawan Tua' yang melekat di dirimu tidak pernah membuatmu malu atau patah semangat begitupun ketika engkau dituduh sebagai cewek yang dan bodoh tidak laku engkau tetap tersenyum, aku benar-benar salut karena engkau penuh rasa percaya diri,..bahwa suatu hari nanti jodoh pasti akan datang padamu jika waktunya sudah tiba.

Bela  atas nama Allah, aku yakin siapa dirimu dan apa yang telah kau lakukan, kau hanya menjalani takdir dengan iklas,..kau tidak pernah dendam atau membalas sakit hati yang sering engkau rasakan semua kau serahkan pada Sang Pencipta.

Bela,..kini saatnya dengan segala keyakinan dan kepercayaanku aku akan maju untuk melamarmu. mari kita buka lembaran baru, kita lupakan masa lalu menyongsong hari baru. Dan semua tercengang ketika langkahku dengan pasti membawamu di pelaminan, aku akan merubah semua penderitaanmu menjadi kebahagiaan, semua airmata dukamu menjadi airmata bahagia. "Bela kau adalah bidadariku" ijinkan aku menjadikanmu seorang istri, karena wanita sepertimulah yang aku cari selama ini.

Bela, setelah kita mengucap ijab Qobul ternyata engkau benar-benar masih 'bodoh',..he..he..he maaf,...namun bagiku engkau tetap luar biasa,..sekarang aku adalah gurumu. Sekarang aku siap mengajarimu. Setelah engkau mengetahui apa itu Neraka dunia kini saatnya aku akan mengajarimu tentang surga dunia,...Mari Bela,.."KUGENDONG KAU KE SURGA...!!!"



Senin, 15 September 2014

BAYANGAN

Tak pernah muncul dialam terang, selalu berada di remang-remang. Seperti burung merak yang cantik "Rasamu", hidup sempurna  bagai di dalam nirwana  ..sungguh menakjubkan,.! wajahmu hitam ataukah putih? coba kau keluar di siang hari, agar sang mentari memantulkan sinarnya dan memperlihatkan sosokmu yang nyata. Seperti burung merak "Rasamu", berbulu indah dan cantik, seluruh alam senantiasa tertarik. Seperti burung merpati "Rasamu" berbulu putih berperingai lembut sebagai lambang cinta suci dan setia, tiada pernah ternoda dalam dunia kau tunjukkan alam surga dan semua terpesona.

Dan ketika halilintar menggelagar sepanjang siang dan malam, hujan berhari-hari terus menerus datang,..seakan menutup semua makluk dalam mencari penghidupan, gelap sunyi dan sepi,..air menggenang di sana-sini,...hingga hujan lelah sendiri,..banjir membawa mahluk-mahluk terapung tak bernyawa,..hingga tersingkir di padang pasir, menjadi bangkai..! tak tahan akan rasa lapar sebuah bayangan bergegas datang, sosok bayangan lupa bahwa itu hari siang,..sepasang mata yang sendiri mampu melihatmu, tengah lahab memakan bangkai,..rupanya sosok bayangan itu adalah burung gagak hitam yang tengah kelaparan....!
HUJAN

Jatuh begitu saja, hanya memberikan sedikit tanda warna gelap di langit, kadang hujan bisa datang begitu saja meski bukan musimnya. Namun hujan di musim kemarau yang turun sesaat mampu mendatangkan bias warna yang indah,..yang membuat balita-balita berseri berlari-lari lalu mendedangkan lagu "Pelangi-Pelangi". Wajah-wajah dewasa yang lelah silakan memaki di setiap musim hujan yang banjir dan musim kemarau yang kering,..tak pernah ada rasa syukur dalam diri hanya bisa memandang dan memungut makna negative dari sebuah arti hujan...! mari belajar pada balita, yang mampu memaknai rasa syukur atas segala yang di limpahkan oleh Sang Maha Pengatur.

Sabtu, 02 Agustus 2014

PERAN DALAM KEHIDUPAN

Ingin menjadi apa? pertanyaan itu terlontar di bibirmu,,...dan sebelum kujawab engkau telah menguraikannya sendiri panjang lebar, menurut pendapatmu, menurut dalilmu dan menurut interprestasimu. lantas untuk apa engkau bertanya jika jawaban telah kau borong sendiri tanpa titik tanpa koma berjalan bagai kereta di atas rel..engkau menunggu jawabanku, tetapi tidak boleh ada jawaban kata "Tidak,..!!

mengapa engkau memberi aku peran dan predikat yang kulakonkan jika engkau sendiri juga hanya sebagai wayang??...ingatlah engkau hanya sebagai wayang tak mungkin berubah menjadi dalang...
karena sudah ada sang dalang sejati yaitu Yang Maha Agung yang tentunya tak akan pernah salah dalam memberikan peran bagi wayang-wayang-Nya.

Kamis, 24 April 2014

TIGA MALAM DI RUMAH KOSONG


Kepenatan dan rasa kantuk itu masih terasa, meski pagi itu aku sudah tidur sebentar setelah sampai dari melakukan perjalanan jauh.
"Ayo, sekarang saja kita beli batu nisannya!". ajak kakakku.
"Okaylah mbak, aku juga sudah siap!"
"Ibuk..aku ikut,..! teriak anakku.
"Dek, mendingan kamu istirahat dirumah main sama dedek kecil, sama om dan tante..!" bujukkku.
"Aku tidak mau, aku mau ikut Ibuk mau lihat batu nisan untuk eyang putri..! 

Akhirnya, kami bertiga pergi ke penjual batu nisan. Pilihanku tepat sekali batu nisan berbintik-bintik putih sama dengan corak untuk ayahku dulu. Setelah selesai semua pembayaran dan perjanjian kapan memasangnya dan di mana tempatnya, kamipun segera pulang.
Sepanjang jalan kakakku bercerita banyak, Ia juga minta maaf karena tidak bisa menempati rumah peninggalan ibu itu, karena suaminya mengajak Ia untuk tinggal di rumah suaminya,..Yah, sebagai seorang istri memang harus mengikuti kemauan suami. "Tidak apa-apa Mbak, kita semua bisa mengerti kok..!"

Malam pertama, mungkin karena capainya kami semua tidur lebih awal, alhamdulillah sama sekali tidak ada nyamuk yang lewat, pasti kami semua bisa tidur dengan nyenyak,..namun tiba-tiba anakknya adikku menangis, sebentar diam sebentar menangis usianya baru 1 tahun 2 bulan, dan baru pertama kali pergi jauh mungkin dia merasa asing, atau kehausan setelah di beri minum akhirnya dia tertidur pulas. waktu menunjukkan pukul 22.00, sepakat kami untuk menggelar kasur di ruang tamu dan tidur bersama-sama di depan kamar mendiang ibuku.

Beberapa saat semuapun tertidur, di posisi paling pinggir aku tak bisa tidur meski sudah membaca doa-doa, lalu aku pindah ketengah menghadap kamar,..aku serasa terbang, kulihat ayah dan ibuku sedang duduk santai di ruang tamu, mereka nampak rukun bahagia dan menyambut kedatangan kami, ketika aku ingin mendekat tiba-tiba..dugggh!, " Aduuh,..! aku terbangun, kepalaku terbentur kursi. Kulihat semua sudah tertidur lelap, waktu menunjukkan pukul 00.30 malam,..waduuh tengah malam,..! aku segera menarik selimut dan berusaha untuk tidur. Dan aku seperti di sebuah ruangan yang tidak kukenal entah di mana, tiba-tiba muncul wajah-wajah mengerikan manghampiriku,.."Aku tak boleh melihatnya, aku harus menghindari dan pura-pura tak melihat dan menutup mata,..tetapi bayangan wajah mengerikan itu justru di depan mukaku..saat mataku terbuka aku kaget,..Hih!, aku tak perduli, bayangan itu marah dan mencekikku.." Oh, aduuh, aku membaca ayat-ayat pengusir syetan meski dengan susah payah dan terbata-bata,..dan Alhamdulillah aku terbangun,..dan melihat semua masih tertidur lelap. "Haduuh, aku sendirian, Ya Allah, temanilah aku..hapuskanlah halusinasiku ini dari pikiranku..tiba-tiba, terdengar "Kukuruyuuuk...! aku bersorak gembira,  wah,..sudah pagi,..! kulihat jam dinding, ternyata waktu masih pukul.02.00. Aku segera bangkit,..aku harus sholat tahajut,..harus..! apa sih sih yang membuat takut,..Allah kan selalu ada di sini,..siapa yang membuat takut, aku tabrak saja,..!! aku lempar, awas aku pukul,...sambil sebentar-sebentar membaca doa, sambil sebentar-sebentar marah-marah. Ketika aku akan membuka pintu, tiba-tiba. "Hua..!!' anaknya adikku terbangun, dia menangis...semuapun terbangun mereka tidak mau tidur,..si bayi justru tertawa-tawa, bermain terus sampai menjelang subuh baru Dia tertidur lagi..(bersambung)

Selasa, 22 April 2014

DUA WANITA TUA


Wanita tua berusia 85 tahun itu duduk di sofa, Rumahnya yang kecil sekarang sudah di bangun oleh anak2nya menjadi rumah gedung yang bagus namun Mbah Dikun tetap menjalani profesinya yaitu sebagai penggembala kambing dan sapi. Pagi itu Mbah Dikun  sedang makan dengan lahap. Aku mendekat dan mengamati nasi putih di dalam piring  tak ada lauk tak ada sayur, hanya kuah bakso yang bening dengan satu biji cabe rawit yang besar dan panjang.
"Mbah, kok tidak pakai lauk dan sayur? tanyaku, padahal di meja makan ada bakso lengkap juga Tongseng daging kambing  dan kerupuk.
"Tidak Nduk, ini sudah  enak  kok sama kuahnya saja " Mbak Dikun meneruskan makannya dengan lahap sesuap demi sesuap. lalu "Kress....!!! Huah,..Huah pedes nduk, tapi seger, enak..! Mbah Dikun tertawa-tawa karena kepedesan makan cabe rawit. Tangan kanannya meraih segelas air putih lalu meminumnya dengan nikmat. Tangannya sama sekali tidak gemetar seperti orng-oarang tua yang sudah lanjut usia.
Aku menoleh pada anakku yang sedang asyik menonton TV. "Lihat tuh Dek, Mbah Dikun saja makannya habis,..kok dedek tidak dihabiskan?".
"Ya harus habis sayang, rejeki jangan di buang-buang". Mbah Dikun menimpali, aku terkejut rupanya bisikanku terdengar oleh Mbah Dikun.
"Kenopo Nduk, simbah masih dengar kok, simbah juga penglihatannya masih bagus ".
"Oh, begitu ya Mbah,..makanya simbah jalan kemana-mana meski ruangan agak gelap juga santai -santai saja".

Setelah selesai makan, Mbah Dikun istirahat sebentar, lalu kembali bercerita tentang perjalanan hidupnya, Mbah Dikun mempunyai  6 orang anak, dan di tinggal meninggal suaminya saat anak-anak belum banyak yang mandiri, menghidupi anaknya dengan berkebun dan berternak, dulu hanya menjalankan ternak milik tetangga dengan berbagi hasil sampai akhirnya mbah Dikun punya ternak sendiri, semua di jalani dengan sabar dan Iklas dengan menjalankan sholat lima waktu yang tidak pernah Ia tinggalkan, kini anak-anaknya sudah pada mandiri dan tinggal di kota lain tetapi mereka masih sering datang dan berkunjung. Mbah Dikun berprinsip selama masih punya kemampuan dan kekuatan ia lebih suka tinggal di rumahnya sendiri dan hidup mandiri, ia tidak ingin menjadi beban bagi anak-anaknya.

"Sudah agak siang Nduk, simbah mau menggembala kambing dulu ya?". Mbah Dikun beranjak menuju ke belakang. Aku meneruskan menyapu dan merapikan ruang tamu. Tak begitu lama lewat depan rumah Mbah Dikun, menggiring kambingnya yang ada 5 ekor, dengan tubuh yang sedikit membungkuk namun masih terlihat kuat itu melangkah sambil setengah berlari tanpa alas kaki mengejar kambing-kambingnya. mendengar suara Mbah Dikun, kambing-kambing itu menurut saja lalu berjalan dengan tenang sambil beriringan.
"Hush,..! Hush,..Hush...ayo ke lapangan!" teriak Mbah Dikun pada kambing-kambingnya.
Sejenak Mbah Dikun berhenti, terus menoleh padaku. "Ayo Nduk, ikut simbah ke lapangan". "Iya Mbah sebentar,.." Aku segera bergegas masuk untuk meletakkan sapu, dan memakai jilbab. Begitu aku keluar dan mencari-cari Mbah Dikun sudah tidak kelihatan lagi.

Aku masuk rumah kembali, datanglah tamu wanita tua juga bernama Mbah Siwo, seorang tukang urut berusia 85 tahun. Hari itu adalah jadwal Mbak Siwo untuk menjalani tugasnya di rumah adik iparku, setelah adikku di urut,  akupun ingin mencoba merasakan enaknya tukang urut yang  sudah cukup terkenal di sekitar kampung wonosari tersebut. Sebelum bekerja Mbah Siwo, mengucapkan "Bismillahirohmanirohim...lalu menbaca doa..bekerjalah ia dengan tenang, Mbah Siwo adalah tukang urut panggilan, Ia sudah  36 tahun menjalani profesi itu. Mbah Siwo, di tinggal mati suaminya ketika usia 40 tahunan, di tinggali 4 orang anak yang belum semua mandiri, suaminya meninggal sangat mendadak, di saat anak pertamanya akan melangsungkan pernikahan, kebahagian bercampur dengan kesedihan di jalaninya dengan penuh keiklasan, kehidupannya yang hanya mengandalkan sebidang sawah dan ladang itu tak cukup untuk menghidupi keluarganya akhirnya Mbah Siwo menekuni profesinya kembali sebagai tukang urut yang dulu pernah di jalaninya ketika masih gadis, dengan landasan  keimanan dan kepasrahan pada sang Maha pencipta, kini profesinya sebagai tukang urut makin di kenal hampir tiap hari ada saja yang datang menjemput ke rumahnya untuk meminta tolong. Dulu dalam satu hari Mbah Siwo bisa menangani 8 orang pasien sekaligus, baik pasien laki-laki, perempuan ataupun anak bayi, masing-masing ditangani selama 2,5 sampai 3 jam, tenaganya benar-benar kuat. Ia tidak hanya memijit asal-asalan, prosesnya Ia kendorkan dulu semua otot seluruh tubuh ,lalu menggunakan minyak kayu putih atau handbody, otot-otot itu di luruskan atau di kembalikan  sesuai pada tempatnya. bagi otot-otot yang salah, pijitan Mbah Siwo yang pelan itu serasa sakit sekali. Namun hasilnya luar biasa, badan terasa ringan, kelelahan hilang dan tubuh serasa kencang, perut yang kadang terasa mual, atau nyeri akan menjadi lega dan enak makan. Kini Mbah Siwo membatasi  pasiennya mengingat usianya yang sudah lanjut, beberapa pasien bisa di batalkan jika Ia sudah menerima satu panggilan di suatu tempat. Meski usinya sudah, 85 tahun Mbah Siwo tidak kelihatan tanganya gemetar,.Ia masih kuat, pendengaran dan penglihatannya juga tajam dan tidak pernah mengeluh, rasa syukur dan kebahagian selalu mewarnai hidupnya, Tuhan memang akan selalu memberi rejeki bagi umatnya yang mau berusaha itu yang Mbah Siwo yakini, ia juga tidak ingin menjadi beban bagi keluarganya. Meski hanya sepiring nasi yang Ia dapatkan, ia akan tetap bersyukur..hingga hidupnya semakin berkah di mata Allah.







Minggu, 06 April 2014

Kamis, 3 April 2014


MATERI  TENTANG  PREMIS


Pengertian tentang Premis dalam dunia kepenulisan adalah Masalah Utama dari si tokoh utama dan bagaimana  dia menyelesaikan masalah tersebut . Penulis dituntut untuk menggunakan kata-kata yang solid atau kat-kata yang tepat dalam setiap pengungkapannya.

Dengan kata-kata yang tepat penulis bisa membawa para pembaca atau merangsang para pembaca untuk lebih jauh mengikuti alur cerita yang akan di suguhkan.

Penulis juga bisa menunjukkan pembaca pada titik klimak suatu permasalahan dan selanjutnya car-cara mengatasi masalah tersebut.

Diakhir cerita, pembaca dapat mengambil hikmah dari peristiwa atau kejadian yang kita angkat menjadi sebuah novel, dngan cara penyajian yang baik pembaca dapat dengan mudah memahami maksud atau hal positif yang akan di petik oleh pembaca.

Puas dan tidaknya pembaca tergantung keahlian penulis dalam meramu atau merangkai kata yang akan di sajikan.

Selasa, 01 April 2014

PUISIKU

DALAM NURANI

Suara Batin gayung bersambut
Menembus ruh-Mu tak luput
Lapang Jiwa tatap cakrawala
Mutiara terpendam di kakiku
Berserak liar tempatku berlari, dahulu

Kujilati tapak kakiku yang luka
Kau siram jiwa dan raga
Dengna siraman rohani
Teguhkan semangat tuk kembali
Menerjang-terjang padang garang kehidupan

Bersama kalbu menyusuri keheningan-Mu
Dalam renungan panjang bersujud di kaki-Mu
Ya Illahi...
Tertanam abadi DALAM NURANI...!


Selasa, 25 Maret 2014

Frammerbach yang cantik



FRAMMERSBACH   YANG CANTIK
Tulisan dan Foto : Anur Erawati Mulhadiono
Sebuah desa yang terletak di daerah pegunungan, orang bilang lebih banyak bunga dari pada penduduknya. Benar,  penduduknya tak sampai 50 000 orang. Rasanya  kita sebut saja kota kecil; karena melihat penampilan jalan raya yang lebar dan mulus, rumah-rumah penduduk yang kokoh, bersih dan bagus-bagus.
Kota kecil tersebut letaknya nun jauh di pedalaman Jerman yang di peta dunia tidak kita temukan. Penulis sempat tinggal pada keluarga Desch, keluarga orang kebanyakan sekitar 10 hari, karena itu dapat melihat dan merasakan kehidupan penduduk pada umumnya.
Dari Frankfurt ke Frammersbach yang jaraknya sekitar 60 km, kami melalui jalan raya yang mulus, tenang, dan sepi ke  arah utara, menuju pegunungan. Di kanan kiri jalan ada hutan pinus yang pohonnya tinggi lurus tanpa cabang , seolah-olah diatur dijajar rapi, tajuknya meruncing ke atas seperti pohon natal yang kita lihat di Indonesia. Hutan pinus diselingi tanah datar atau berbukit yang hijau, bernuansa bagaikan permadani. Warna hijau  tersebut adalah lapangan rumput  yang  rata terpotong rapi; tak tampak seorangpun bekerja menyabit rumput. Ternyata semuanya dikerjakan dengan mesin pemotong rumput . Di antaranya tampak pohon apel dengan buah2nya yang lebat, hijau kemerahan. Sebagian jatuh ke tanah.
Jalan raya aspal licin yang sudah bersih ini rupanya setiap waktu tertentu dicuci, dipel laksana ngepel lantai rumah; yang mengerjakan adalah mobil bermesin pel. Suatu waktu penulis melihat sendiri, lo jalan sebersih ini masih dipel?.
Rupanya memang itulah budaya orang Jerman yang pembersih, sadar dan peduli akan kelestarian lingkungan hidup. Di rumah2 penduduk  di sudut halaman ada beberapa  tong sampah besar; satu untuk sampah dapur, satu untuk sampah kertas dan satu lagi untuk sampah plastik, serta sampah botol dan kaleng. Di beberapa kota sampah tersebut di daur ulang, antara lain untuk pupuk yang dijual murah kepada penduduk
                                                                
                                                         2.
setempat.. Tak heran tanamannya subur. Memang pada waktu summer penduduk nya memanfaatkan kesempatan untuk bertanam sayur mayur dan bunga. Di belakang rumah penduduk biasanya ada semak2 hutan kecil , ada jalan untuk jogging atau bersepeda. Kadang2 ada sungai yang airnya jernih, ikan tampak berseliweran,  ada bebek atau angsa berenang bahagia tak ada yang mengganggu. Penduduk tidak boleh memancing di sungai tanpa izin khusus. Demikian pula orang tidak boleh menebang pohon tanpa izin kalau ada izinpun memenuhi peraturan lain , misalnya berapa pohon yang akan di tebang dan di mana lokasinya, menebang tak boleh tandas sampai akar , harus meninggalkan batang yang diharapkn pohon akan tumbuh lagi . Di hutan terdapat beberapa jenis jamur liar yang besarnya se piring teh, warnanya hitam, tetapi bila sudah dimasak untuk saus steak, lezat sekali.
Pada suatu hari penulis berjalan-jalan bertemu sekelompok babi hutan yang dikandangkan dan disebelahnya kandang rusa, Seorang pemuda membawa sekarung buah apel dan melemparkan buah2 untuk makanan binatang.. Binatang2 itu milik Anda? Saya bertanya .jawabnya: “No”. Setelah buah apel habis pemuda tersebut pergi mengendarai motornya. Kok mau capek2 mungut  buah apel yang jadi sampah  untuk diberikan kepada binatang yang bukan miliknya, Termangu mangu saya melihatnya
. Kalau kita berjalan-jalan di mal atau tempat wisata , ada orang yang tanpa sengaja menjatuhkan sesuatu, dengan sendirinya dipungut kembali bahkan kalau itu cairan di lap.
Arsitektur tradisional di Jerman, unik. Dari luar dindingnya seolah digambar garis2 horizontal vertical dan diagonal sebagai dekorasi. Padahal garis-garis tersebut adalah balok-balok kayu untuk penguat konstruksi, karena dindingnya dibuat dari campuran jerami dan tanah lempung  Namun rumah2 tradisional ini sudah jarang, beberapa kami lihat di Frammersbach yang berumur ratusan tahun dan   dilestarikan.
Biasanya .rumah-rumah di Frammersbach,  berjajar di jalan beraspal atau di gang, hampir semuanya bertingkat dua atau  tiga dengan jendela-jendela kaca yng dihiasi tirai
                                                                   3.   
 berenda, di depannya berjajar pot bunga warna warni. Atapnya berbentuk pelana di sana sini tampak lempengan-lempengan alat penangkap panas matahari untuk memenuhi kebutuhan energy listrik.dan pemanas air dan ruangan.  Di lantai bawah rumah digunakan untuk service, untuk menyimpan  mesin pemanas, mesin cuci pakaian, peralatan pertukangan dan berkebun, serta gudang penyimpan makanan tahan lama seperti makanan dan minuman kaleng, persediaan untuk musim dingin. Lantai dua untuk dapur, ruang makan, ruang keluarga, ruang kerja atau lainnya. Lantai tiga untuk ruang-ruang tidur. Di bawah atap atau kelder dimanfaatkan untuk menjemur pakaian.
Interior rumah di kota ini pada umumnya  terasa homy dan akrab. Biasanya pada ruang keluarga ada seperangkat sofa  berlapis kulit, dengan pesawat TV dan pernak pernik koleksi benda2 seni dan kerajinan, karpet tebal bernuansa modern atau klasik. Furnitur banyak dibuat dari kayu cemara atau jati Belanda, juga lantai rumah beberapa bagian dari parket kayu
Dapur mereka tungku memasaknya tanpa api, tetapi pemanas elektrik, ada keran air panas , ada mesin cuci piring, tentu lemari es besar, mesin pemotong roti atau bahan lain, ada mesin coffee maker, ada perebus telur dan lain-lain . Peralatan makan dan minum dari kualitas yang bagus.
Biasanya mereka sarapan dengan roti, daging atau selai manis, juice, teh, kopi, susu. Di dapur , biasanya ada meja makan yang  juga untuk tempat ngobrol, bermain kartu atau permainan bersama tua dan muda. Makan siang baru makan lengkap di kamar makan khusus;  ada steak atau daging olahan lain ada roti atau pasta atau kentang dan salad dari sayuran mentah. Penutupnya es krim atau buah atau cake manis. Makan malam suka2 , anak-anak mau makan jogurt, atau es krim atau kue kue atau pudding, sesukanya tidak harus roti .
Kamar tidurnya berselimut bed cover yang hangat, karena di kota ini walaupun summer udara di malam hari dingin. Di bawah 20” C. Kamar mandi mereka selalu ada kloset,  bidet dan kloset khusus pria. Rata2 orang masuk rumah melepaskan sepatu , walau
                                                                4.
 sepatu tak akan ada lumpurnya kalau tidak baru berkebun. Budaya bersih ini rupanya sudah mengakar bagi orang Jerman
Kehidupan sosial penduduk Frammersbach juga baik. Mereka sangat akrab dengan keluarga , suka berkumpul untuk merayakan ulang tahun, teristimewa untuk gadis usia 18 tahun diadakan pesta yang menandai mereka menginjak dewasa.
Hampir semua rumah di kota kecil ini mempunyai gazebo atau tenda di halaman rumahnya untuk kumpul2 keluarga dan memasak daging panggang barbeque. Yang memasak laki laki tuan rumah, istrinya menyediakan salad dan kue tart dan roti, pasta atau kentang . Selalu ada keju . minumannya bir dengan gelas tinggi, atau paling tidak sparkling water; air yang diberi soda. Yang tidak suka sparkling water tapi ingin minum air ya mengambil sendiri dari keran. Di kota ini air keran darii kamar mandipun aman untuk di konsumsi
 Penulis sempat menghadiri upacara pemakaman. Penduduk Frammersbach mayoritas beragama Katolik. Namun gereja mereka mengizinkan jenazah di kremasi. Uniknya setelah menjadi abu ditempatkan di guci, dan guci ini melalui upacara dan penghormatan ditanam di bawah pohon di hutan. Di sekeliling sebuah pohon ditanam guci-guci jenazah dan nama mereka di tuliskan di pohon tersebut. Dalam upacara pemakaman yang dianggap sakral ini tak boleh ada dokumentasi berupa foto, video dan lain –lain. Tamu sanak keluarga berdiri mengelilingi tempat upacara mengenakan pakaian resmi hitam dan putih.. Setelah upacara pemakaman selesai,  tuan rumah yang baru kemalangan , mengundang sanak keluarga berkumpul lagi untuk makan2 di sebuah restoran. Roti dan irisan aneka daging dan keju ; itu itu makanan utama orang Jerman.
Jerman sebuah Negara yang kaya, penduduknya boleh dibilang makmur atau sejahtera. Di kota kecil ini ada sebuah apotik yang lengkap, menjual alat2 untuk orang tua seperti tongkat, kursi roda dan lain2. Orang sakit berobat tidak bayar karena dokter mendapat gaji tetap dari pemerintah daerah yang dananya diambil dari asuransi kesehtan yang setiap karyawan harus membayar 14% dari gaji mereka. Kalau seorang
                                                           5.
pegawai kehilangan pekerjaan, pemerintah akan menyumbang  60 %. dari gaji terakhir dia terima sewaktu bekerja; jumlah ini biasanya cukup untuk hidup sederhana ukuran normal.
 Sekolah gratis kecuali Taman kanak- kanak dan perguruan tinggi harus membayar yang jumlahnya tidak besar dan terjangkau untuk setiap keluarga. Biasanya anak sesudah 18 atau 19 tahun ingin mandiri. Mereka memilih sekolah keakhlian khusus yang biasanya dilakukan berseling dengan bekerja sesuai dengan bidang yang dia pelajari. Karena itu begitu sekolah selesai dia juga sudah berpengalaman bekerja.
Makanan pokok orang Jerman adalah daging; di kota Frammersbach ada toko daging khusus, dijual aneka daging segar dan olahan, termasuk daging rusa. Juga ada beberapa  supermarket besar dan lengkap untuk memenuhi kebutuhan penduduk, dijual aneka buah dan sayur. Keju dan lain-lain  Untuk  apel saja,  ada 12 jenis apel yang dujual. Di kota ini seperti pada umumnya kota2 lain di Jerman , ada Rathaus, yang disekitarnya pasti ada cafĂ© atau restoran, ada tempat terbuka seperti alun-alun dengan kolam air mancur,.ada gereja, ada kolam renang dan vasilitas olah raga. Uniknya vasilitas olah raga  ini di pinggir hutan seperti tempat piknik. Berjajar mobil caravan , ada lapangan writch ball, tempat seluruh keluarga bermain. Sekitar 15 km dari Frammersbach ada hutan outbound sangat lengkap. Dengan aneka mainan tantangan seperti  fire fox untuk remaja dan dewasa. Syaratnya hanya satu; tinggi badan minimal 125 cm, dan membayar alat2 pengaman. Summer, rupanya anak-anak, remaja dan orang dewasa tak mau melewatkan musim yang sangat dinikmati ini untuk bermain bersantai, berwisata ke alam terbuka.
Inilah sepintas POTRET sebuah desa di satu Negara maju dan kaya.