Jumat, 30 Desember 2016

EPISODE BULAN SABIT

Bukan Matahari yang ingin kuceritakan, tetapi tentang Rembulan. Berawal dari Matahari yang tertutup bumi. Datanglah malam,muncullah rembulan yang setengahnya memancar indah dan setengah lagi bersembunyi. Hingga cahaya Rembulan hilang keutuhannya. Walau hanya bulan setengah namun tetap nampak menarik. Itulah bulan sabit.

Di bawah pohon beringin tua, aku duduk terpana menyaksikan pancaran cahaya indah di langit sana dalam sendiri tanpa bintang-bintang, awan putihpun seakan berhenti bergerak, enggan mendekati. Sekumpulan awan hitam menjauh berbisik bersama teman-temannya untuk menyatu ciptakan mendung. Tiba-tiba...
Gelap menyergap merambah mayapada. Sinar bulan sabit tak mampu menembus awan tebal berwarna hitam. Aku kehilangan wajah rembulanku. Dalam tatapan nanar aku berusaha melangkah untuk mencari pelita di dalam rumah. Langkahku terhenti seonggok batu tak mampu kuhindari. Aku pernah jatuh terantuk batu  itu hingga aku terluka. Dalam upayaku terbangun dari luka, aku berharap rembulan kembali bercahaya namun semua sia-sia.

Sepertinya  Kisah baru, babak ke-2 dengan tema yang sama akan menjadi bagian dalam hidupku. Disini ada pemeran protagonis, antagonis dan peran pembantu. Alhamdulillah, tak ada kebodohan yang berlarut-larut, sehingga keyakinan sudah hadir bahwa semua itu adalah skenario Allah. Semakin dekat dengan-Nya, semakin mampu kita menjadi sutradara bagi dinding-dinding hati kita sendiri. Semua akan berakhir indah seiring berjalannya sang waktu dan berputarnya roda kehidupan. Seperti rembulan itu suatu saat akan memancar utuh kembali menjadi bulan purnama yang akan membuat dunia menjadi terang benderang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar